Jumat, 26 April 2013

POKOK-POKOK AJARAN SANG GURU SEJATI ATAU SANG SUKSMA KAWEKAS


POKOK-POKOK AJARAN SANG GURU SEJATI ATAU SANG SUKSMA KAWEKAS



            Pokok –pokok ajaran ini tidak membedakan budaya keyakinan agama atau kepercayaan, tapi sebagai salah satu acuan ajaran hidup yang dapat menambah wawasan para pembaca yang budiman. Ajaran yang bertumpu pada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena Tuhan yang bersifat maha adil dan maha kuasa, yang tidak memilah dan memilih untuk melakukannya. Tuhan yang menciptakan semua makluknya dengan berpasan-pasangan, ada laki-laki dan perempuan, besar kecil, tinggi rendah, ghaib nyata, yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan saling membutuhkan. Kebenaran dan kesalahan saling menyeimbangi satu dengan yang lain, dan itu tidak bisa dirubah, dikala ada benar pasti ada salahnya, ini berarti satu ikatan yang kuat, tergantung manusianya akan memilih apa yang akan dilakukan, kalau berbuat baik Tuhan akan membalas dan berbuat jelek Tuhan juga akan membalasnya.
Ajaran ini menuntun sesama makluk Tuhan untuk saling berusaha hidup rukun, saling menghormati, tolong menolong tanpa memandang dan membedakan bangsa, golongan, suku, agama ataupun kepercayaan. Yang pada intinya berusaha kembali menyatu dengan Tuhannya, yaitu sumber dari sumber hidup yang menghidupi semua yang bersifat hidup yang jadi asal mulanya hidup. Dalam konteks berbakti ada beberapa pokok :

1.    Berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa
2.    Berbaktu kepada utusannya Tuhan
3.    Setia kepada tanah air dan negaranya
4.    Berbakti kepada orang tua dan leluhurnya
5.    Berbakti kepada saudara tua
6.    Berbakti kepada guru
7.    Melakukan ajaran keutamaan
8.    Saling menyayangi dan mengasihi semua makluk
9.    Menghormati semua agama, keyakinan dan kepercayaan 

Pada dasarnya nama adalah sarana untuk menyebut atau sebagai media memusatkan keyakinan, maksud dan tujuannya sama, tapi yang berbeda adalah bahasa penyampaiannya saja yang berbeda, ini untuk mempermudah penyebutan dan inti maksud tersebut supaya bisa dipahami dan dimengerti makna dan maksudnya. Dalam berbagai bahasa ada yang menyebut Dzat yang Maha Hidup, Dzat yang kekal, sang sumber hidup, Allah Ta’ala, Theo, Deo, Jehowah, God, Suksma kawekas,  Pangeran Sejati, Gusti  Allah dan lain sebagainya.

Keadaan Tuhan itu adalah :

1.    Tidak berawal dan tidak berakhir
2.    Tidak berujud ataupun berwarna
3.    Tidak wanita ataupun pria
4.     Tidak beranak dan diperanakkan
5.    Tidak ada arah dan tempat
6.    Tidak dibatasi ruang dan waktu
7.    Bersifat menyatu dan menyelimuti segala makluknya

Tuhan yang Maha Esa tersebut menguasai semua alam seisinya,  juga bisa disebut Yang Maha Tunggal juga bisa disebut Tri Purusa, bermakna Yang Maha Tunggal bersifat tiga dimana satu dengan yang lain tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lainnya, kejelasannya sebagai berikut :

1.    Suksma Kawekas yang bersifat karsa
2.    Suksma sejati yang bersifat bijaksana
3.    Roh suci yang bersifat penguasa

Itu semua bisa digambarkan seperti matahari :
1.    Perwujudan matahari adalah suksma kawekas
2.    Cahayanya matahari adalah suksma sejati
3.    Panasnya matahari adalah roh suci
Jadi ketiga-tiganya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Sedangkan suksma sejati itu utusan Tuhan yang maha kekal, yang menjadi pedoman, petunjuk dan guru kita yang sejati, ya gurunya alam, kalau dikalangan Kristen disebut Sang Kristus, Sang Sabda, kalangan umat islam bagi ahli sufi disebut Nur Muhammd atau Nur Dzatullah. Sedangkan Roh Suci itu adalah cahaya, atau sinarnya Allah yang menjadi jiwanya manusia yang sejati, kita manusia awalnya dari Allah dan akan kembali lagi ke Allah. Jadi tempat bersemayamnya Allah bertempat dipusatnya hidup yaitu di hati kita yang suci (kolbu Mukmin Baitullah).
Hasta Sila, meliputi :

1.    Tri sila meliputi :
  1. Eling (ingat atau dzikir), bermakna berbakti kepada Tuhan Yang Maha Tunggal, sebisa-bisa selalu ingat dengan cara mengabdi dengan hati yang bening dan suci. Hasta sila ini ajaran kerahayuan yang menuntun kita kembali ke Sang Guru Sejati, yang akan menghantar  ke Sang Suksma Kawekas. Ingatnya ke Tri Purusa ini harus dilatih seperti ingatnya kita sewaktu lapar teringat ingin makan nasi. Pada pelaksanaan sehari-hari adalah manusia harus berbuat baik berdasarkan budi pekerti yang luhur, dari daya cipta, rasa dan karsa harus selalu seimbang dan tidak boleh membohongi hati nurani.
  2. Percaya, percaya adalah suatu ikatan yang kuat yang menghubungkan rasa dengan Tuhan yang kita berbakti kepada-Nya, kalau kita tidak mempunyai kepercayaan seperti memutuskan hubungan rasa kita, pada akhirnya hati tertutup akan petunjuk dan bimbingan Tuhan. Tidak ada perkara yang tidak bisa kita kerjakan kalau kita yakin dan bersungguh-sungguh menemukan suksma sejati, karena sang suksma sejati yang memberikan petunjuk kepada kita jalan terang untuk berbuat dijalan yang utama.
  3. Setia, yang bermakna melakukan perintah ajaran Tuhan yang lewat utusan-Nya yaitu suksma sejati yang jadi penuntun dan jadi guru yang sejati. Semua perbuatan baik  dan ketentraman adalah pekerjaanya sang guru sejati atas nama Tuhan yang maha besar, untuk itu harus dilakukan dengan tugas dan kemampuan kita sendiri-sendiri dengan tertata dan teliti, sehingga pekerjaan tersebut menghasilkan karya yang baik. Tiap-tiap orang mempunyai tugas sendiri-sendiri dan saling bertautan dan berkesinambungan satu dengan yang lain, maka tidak boleh ada rasa lebih tinggi atau lebih rendah, dihadapan Tuhan kita sama yang membedakan adalah kadar kepatuhan kita kepada-Nya.
2.    Pancasila. (Rela, menerima, tekun, sabar, berbudi luhur)
  1. Rela. Rasa kesadaran dan mengakui kalau kita tidak mempunyai apapun, bahkan harta benda atau nyawa sekalipun, kalau Tuhan sudah berkehendak akan mengambilnya tidak ada yang tidak mungkin, karena semua alam dan seisinya ada dalam kuasanya, sikap member dengan rasa iklas adalah pokok dasarnya. Ciri-cirinya rela atau ikalas adalah :
  • Tidak mengharapkan imbal balik atau ikals
  •  Tidak sedih atau mengeluh dari segala penderitaan dalam hidum, kalau dalam ajaran Islam mengeluh sudah termasuk makruh atau dicela.
  • Tidak mengharapkan pujian dan sanjungan atau imbal balik dari segi materi
  •  Tidak mempunyai rasa iri dan dengki
  •    Tidak terseret dan terikat pada barang yang mempunyai sifat rusak yang akan menyesatkan dan meninggalkan kewajibannya. Untuk itu perlu dilatih supaya ringan tangan dengan rasa iklas dan berkarya sesuai dengan kemampuan sendiri.
  1. Menerima. Menerima adalah pusarannya menuju ketentraman hati, orang yang tentram adalah bukan orang yang tidak mau maju atau tidak mau bekerja, tapi bisa menerima kenyataan hidum, narimo ing pandum, tidak murka atau ambisius, siapa yang mencari kekayaan supaya mencari didalam rasa menerima, siapa yang mencari ketentraman juga dicari didalam rasa menerima. Kalau kita bisa memiliki rasa menerima pemberian Tuhan, maka kita jadi pribadi yang kaya, dan hanya rasa menerima itu yang dapat menuntun ke jalan ketentraman yang sejati.
  2. Tekun, tekun berarti menatapi kewajiban atau tanggung jawab, orang yang tidak bisa melaksanakan berarti sudah membohongi hati nuraninya, karena tekun tersebut pokonya adil, adil itu yang menuntun ke kemuliaan yang langgeng. Tekun itu dijiwai keberanian dan ketentraman hati, juga pembersihan hati dan ketulusan hati, mantap berdasarkan kebenaran  atau tekun , yang kadang kala bisa membuat kerugian, jangan sampai dusta, walaupun dusta bisa membuat keuntungan.
  3. Sabar. Sabar berarti kuat menerima apa saja, orang jawa mengatakan momot lan kamot, tabah dari segala coba dan ujian, sabar bukan berarti putus asa dalam pengharapan, tapi orang yang hatinya kuat, banyak wawasannya, tidak berfikiran pendek dan picik. Jadi orang yang kuat sejati adalah orang yang sabar bisa menerima keadaan yang masih selalu brsukur dalam kesengsaraan dan cobaan, bukan orang yang bisa memindahkan gunung sekejab mata. Semua perkara yang sulit bisa dibuat sesederhana mungkin dengan kesabaran, karena kesabaran itu menjadi jalan yang menghubungkan tercapainya cita-cita yang kita ingin raih,  sabar bukan hanya niat dalam alam fikiran saja tapi harus dilakukan dengan tekun, rutin sampai cita-citanya terlaksana.
  4.  Budi Luhur. Budi luhur yang mempunyai arti manusia harus selalu berupaya menurut kemampuannya yang mempunyai watak  mirip sifatnya Tuhan yang maha tinggi dan luhur, yaitu kasih saying, suci adil yang tidak membeda-bedakan  tapi tidak meninggalkan tata sila, suka menolong, pengayom yang bertujuan mencari ketentraman, ini sifatnya sangat universal, tidak saja kepada manusia tetapi ke semua ciptaan Tuhan, kalau kita bersahabat dengan alam maka alam juga akan bersahabat dengan kita dan sarana tercukupinya kebutuhan manusia.

Pokok-pokok ajaran
  1. Jangan manembah atau selain Tuhan, kata manembah dengan menyembah sudah sangat berbeda, menyembah sara lahiriah yang diungkapkan dengan perilaku lahir, jaman dulu dengan menyembah ratu, orang tua, saudara tua atau yang lain, ini hanya tatacara seremonial yang bersifat rasa hormat, sedangkan manembah adalah perilaku rasa dengan keyakinan yang teguh yang menjiwai perilaku kemanunggalan jiwa dan raga kepada Tuhannya yang maha satu dan tidak ada duanya.  Tidak boleh manembah kepada selain Tuhan dan mengakui Tuhan yang lain, contohnya kepada malaekat, dewa, danyang, setan, jim, iblis atau yang lainnya. Kita akan rapuh karena perilaku kita yang tidak benar karena meninggalkan Tuhan, besar-besarnya dosa adalah dosa yang tidak mau meyakini dan tidak mau manembah kepada Tuhan. Dalam penerapan kehidupan sehari-hari bukannya manembah terus menerus, tapi didalam hati selalu ingat atau sadar yang dicerminkan pada perilaku yang benar berdasarkan bidi pekerti yang luhur.
  2.  Menjaga dan berhati-hati bersahwat, jangan sampai mempermudah melakukan perilaku yang tidak semestinya, kewajiban awalny  kita diciptakan diutus menjadi jalan atau sarana  turunnya roh suci yang akan menjadi sarana berkembangnya  keturunan kita, kalau kita hanya mengikuti hawa nafsu kita akan menerima hukuman dari Tuhan, karena mengikuti hawa nafsu berdasarkan mencari kepuasan sahwat tidak termauk dalam berperilaku berdasarkan budi pekerti yang luhur.
  3. Jangan makan danminum yang akan merusak jiwa dan raga, ini bermakna tidak menggunakkan kekuatan alam besar atau makro cosmos yang bisa merusak alam kecil atau mikro kosmos, semacam  bahan narkotika, minuman keras dan lainnya. Semua yang mencari kesenangan sesaat atau kepuasan nafsu, yang menyebabkan kita lupa akan kewajibaban manusia hidup. Juga termasuk pola fikir yang tidak positif bisa merusak akan kejiwaan kita.
  4. Menjalani aturan-aturan Negara dan pemerintah, Tuhan mempunyai wakil didunia yang menjadi utusan untuk memerintah, yang berujut pemimpin, ratu ataupun seorang kholifah, yang berarti menjadi wakil Tuhan yang diperintahkan untuk menata manusia supaya selaras dalam kehidupan di dunia, saling welas asih, asah asuh ataupun menghormati satu dengan yang lainnya. Siapa yang berbakti Negara akan memenuhi kewajibannya dan siapa yang berbuat jahat atas Negara akan menghukumnya, kalau Negara tidak bisa melakukan maka akan berlakunya hokum alam yang menyelesaikannya. Untuk itu jangan sampai merusak aturan Negara. Walaupun tidak semua kholifah itu bisa menetapi kewajibannya kepada Tuhan, tapi bukan kewajiban kita membuat pengadilan kepada khalifah yang melanggar aturan, tapi Tuhan sendiri yang akan menghukumnya, karena semua kholifah tersebut mempunyai perjanjian kepada Tuhan .
  5. Jangan berpecah belah hiduplah rukun. Manusia itu jadi dari sinarnya Tuhan yaitu roh suci yang keluar dari sumber yang satu.  Untuk itu hidup dialam dunia semua perbuatan berpecah belah perlu dihindari. Kalau kita mau selalu berinterofeksi pada diri sendiri, kita tentunya tidak sempat untuk mencari dan membuka aib orang lain.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar