Senin, 29 Juli 2013

Rajah Kolo Cokro



Rajah Kolo Cokro







Dalam filosofi orang jawa, banyak yang menggunakkan banyak istilah yang berfungsi untuk menggugah rasa orang, kadang kesannya biasa atau kadang agak miring kedengarannya, tapi kalau ditelaah banyak makna yang terkandung didalammnya, bisa dikatakan aksoro kang sinandi, atau kalimat yang tersembunyi, kalau hanya melakukan apa adanya bisa terjerumus, makanya simtemnya mendidik rasa dengan mencari kebenaran yang sebenarnya, maka biasanya orang jawa itu jarang bloko atau terbuka, bisanya tahu kalau orang tersebut dapat menyelami maksudnya, maka kedewasaan berpikir sangat penting yang dibarengi dengan kematangan psikologi. Semakin banyak jam terbang dalam hdup, maka akan semakin banyak rahasia yang akan terungkap dengan sendirinya.

Kolo  Cokro, kolo yang berarti jelek, atau niskolo yang berarti waktu, Cokro bisa dikatakan cakram, atau perputaran, didalam meditasi ada kata cakram atau cakra yang ada didalam tubuh, yang berpengaruh dengan energy yang terdapat didalam tubuh, kalau energy tersebut terbuka akan menimbulkan energy yang luar biasa, yang semula dari energy cakra dasar sampai energy yang ada di cakra mahkota, ini sebenarnya dapat diibaratkan seperti menuang air dalam gelas. Ketika orang melakukan meditasi, dapat diibaratkan gelas yang terisi air yang kotor, semakin banyak air bersih yang dituangkan didalam gelas, maka semakin banyak air kotor yang tertuang dan hilang, semakin lama air akan menjadi bersih. Didalam meditasi seperti hal seperti itu, semakin banyak melakukan meditasi maka energy negative yang menutup dan membelenggu didalam tubuh, maka akan semakin banyak yang terbuang digantikan energy alam atau energy kosmos yang murni, kalau sudah bersih maka orang baru bisa mengetahui bahasa alam yang murni, bisa dikatakan sudah satu unsure atau frekfensinya sudah singkron dengan frekfensi alam, maka tidak mengherankan oaring bisa tahu bahasa tumbuhan, bahasa binatang atau bahasa yang berada didalam alam, termasuk bumi matahari atau bulan, yang sekarang ini kebanyakan baru berkomunikasi dengan sebangnya makluk halus, jin, ataupun khodam. Pada kisah Nabi Sulaiman yang bisa berbicara dengan binatang, atau Prabu Angling Dharmo yang bisa juga berbicara dengan binatang. Maka semakin bersih hati kita semakin terbuka juga penutup hati kita, maka akan semakin peka terhadap alam yang akhirnya dapat berkomunikasi dengan alam. Orang Jawa mengatakan disekno rasamu ojo dhisekake karepmu. Jadi kata seperti itu kalau kita jiwai dengan sungguh-sungguh dan dimengerti maka akan semakin pelajaran yang kita dapat dengan cara membaca dan praktek langsung dialam.

Rajah Kolo Cokro ini saya dapat dari Eyang lengkung Kusumo, yang diturunkan ke pakdhe Prono, Eyang Lengkung Kusumo pada jaman dulu termasuk denkat dengan Paku Buwono X, kalau ke kraton Surakarta Hadiningrat, masuk dalam ruangan Siti Hinggil terompahnya jarang dilepas.

Rajah ini berfungsi untuk menghilangkan kekuatan yang jelek atau sebagai pagar rumah atau pagar halaman. Caranya dirituali dengan cara berpuasa atau dengan cara lain, sampai mendapat petunjuk yang jelas. Seperti halnya kita akan pergi ke Solo, sebelum sampai di Solo jangan sampai berhenti kalau belum sampai tempatnya, seperti halnya mempelajari ilmu jangan berhenti dulu sebelum mendapatkan sesuatu apa yang kita tuju. Sebelum benar-benar bisa keluar atau kelihatan kekuatannya jangan sampai berhenti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar