Senin, 13 Mei 2013

SEJATINYA DALAM HAMPA ITU ADA, DALAM ADA ITU HAMPA



SEJATINYA DALAM HAMPA ITU ADA, DALAM ADA ITU HAMPA


            Pada pengalaman para ahli lelaku tirakat atau thorekot, para sufi ataupun ahli meditasi banyak pengalaman yang perlu dibagi untuk membuka wawasan bagi para pemula yang baru belajar untuk mencari jati diri, dari pengalaman ini para spiritual ditempa dengan keadaan yang akan membentuk jiwa sampai mengerti apa yang menjadi tujuan pokok dalam hidupnya, keselamatan, ketentraman juga pendekatan terhadap Tuhan. Banyak halangan dan rintangan, juga banyak jalan berliku yang bercabang, sekali salah memilih jalan akan berbeda pula arah tujuan dalam hidupnya. 

Kalau orang jawa ada geguritan atau tembang mocopat yang mengukuhkan tekat seseorang dalam perjalanan spiritualnya, dalam tembang pocung sebagai berikut :
            Ilmu iku kalakoni kanthi laku
            Lekase lawan kas
lekase kas nyantosani
            Setyo budyo pangekese durangkoro
Yang artinya kurang lebih sebagai berikut, ilmu itu bisanya tahu maknanya harus dijalani, awalnya niatnya harus dilandasi tekat yang kuat, yang intinya untuk memberantas keangkara murkaan. Orang akan mengetahui sesuatu ilmu harus dijalani dan dipraktekkan maka baru tahu intinya perjalanan, orang tahu kalau cabe itu pedas setelah orang memakannya, dalam perjalanan mencari ilmu itu tidak ada batas waktunya. Seperti halnya orang ingin tahu kota Solo, maka seseorang itu harus mendatangi kota Solo, dalam perjalanan ini yang dinamakan lelaku atau perjalanan mencapai sesuatu, perjalanan ini bisa cepat atau lambat tergantung pribadi-pribadi yang mencarinya, ada yang lelah sampai tidak dilanjutkan, ada juga bisa cepat karena lari, atau lebih cepat dengan menggunakkan kendaraan, jadi perjalanan itu cepat atau tidak tergantung ketekatan niat dan rasa.

Ada beberapa pengalaman yang mungkin akan membuka wawasan :
1.    Dalam perjalanan diibaratkan baru mencapai pintu gerbang ghaib, biasanya dalam keadaan setengah hening akan timbul rasa takut dan ragu-ragu ini yang dimaksud belum kuat tekat atau niatnya, rasa takut bisa terjadi dari godaan dari maklut halus supaya gagal mencapai hening.
2.    Dalam alam hening menimbulkan rasa sang “aku” tertidur, ini menyebabkan bangunnya atau bangkitnya Roh Suci yang ahirnya seseorang mendapatkan jalan terang atau pencerahan dari Sang Guru Sejati biasanya terus bisa menerima petunjuk dari Tuhannya lewat rasa sejatinya, berupa ketentraman yang sejati.
3.    Pengalaman ini sangat gawat biasanya dialami orang yang sudah mencapai tahap sufi dan ahli tapa, dan yang sudah terbiasa beriteraksi dengan alam ghaib. Para pelaku meditasi, semedi, tafakur kalau salah jalan akan masuk kealam kesesatan, contohnya alam kedewaan, merasa sudah masuk surga atau pernah melihat neraka, bisa menceritakan keadaan alam yang akan nanti yang beraneka ragam, yang mungkin orang sudah menganggap itu adalah petunjuk yang benar padahal itu adalah salah. Kalau dalam serat Mahabarata dapat digambarkan seperti Kumbokarna yang telah meninggal sudah merasa hidup enak di surge, tapi dalam perjalanannya ketemu Wibioso adiknya, dalam perdebatan Kumbokarna disuruh untuk melihat dengan mata batin sejati, ahirnya dia bisa melihat dia selama ini telah salah masuk kealam palsu yang berujut surga, dan minta tolong untuk meneyempurnakan keadaanya. Wibioso bilang yang bisa menyempurnakan keadaanya adalah kasatria penegak Pandawa yaitu Bima, dalam perjalanan ahirnya ketemu Bima dan disempurnakan dengan cara perang yang sengit. Perang ini yang dimaksud adalah memerangi belenggu yang menggoda dalam diri seseorang, yaitu kesombongan, penyakit hati dan sebagainya, semuanya berhubungan dengan masalah rasa dan hati. Ini harus sangat digaris bawahi betul-betul.

Bagi yang belum terbuka pencerahan mengira sebagai berikut sebagai anugerah yang besar tapi sebenarnya adalah kesesatan yang nyata :
1.    Melihat cahaya yang bersinar terang benderang tiada bandingnya di bumi sudah dianggap cahayanya Tuhan atau wahyunya Tuhan
2.    Rupa yang mirip dirinya sudah dianggap guru sejatinya
3.    Melihat orang tuanya yang sudah meninggal sudah dianggap akan member berkah dan member pertolongan, terkadang bisa berubah menjadi seorang wali, nabi ataupun malaikat
4.    Mendengar sesuatu sudah dianggap petunjuknya Tuhan

Dari pengalaman-pengalaman tersebut adalah godaan yang sangat gawat, bila ditelaah secara mendalam semua itu godaan yang akan menyeret kealam kesesatan karena tipu daya para dewan setan atau yang lain untuk mencari pengikut. Perlu didalami pokok-pokok ajaran Ketuhanan yang baku, adalah sebagai berikut :
1.    Tuhan itu tidak bentuk wujud dan warna, ataupun cahaya
2.    Tuhan hanya satu dan meliputi seisi alam
3.    Tuhan itu hanya satu dan bersemayam dan manunggal di pusatnya hati sanubari
4.    Sabdanya Tuhan ya sabdanya Sang Guru Sejati tidak melalui lesan yang bisa didengar dengan indera pendengaran
5.    Tidak laki-laki atau perempuan
6.    Tidak dianakkan atau memperanakkan
7.    Tidak awal dan akhir

Jadi, sabdanya Tuhan lewat utusannya yaitu Sang Guru Sejati yang bisa didengar didalam rasa sejati ya sejatinya rasa yang berada di pusatnya hati sanubari, petunjuk-petunjuk ini akan selalu menuntun kejalan keselamatan dan ketentraman. Tuhan itu ada, kalau dilihat dengan panca indra tidak ada, dengan panca indra tidak bisa melihat adanya Tuhan, tapi Tuhan itu ada. “sejatine ora ono apa-apa, kang ana iku dudu”. Dalam perjalanan mencari jati diri sebaiknya tidak dilakukan dengan tergesa-gesa, tapi harus dilandasi niat yang suci yang diterapkan dengan perilaku budi pekerti yang luhut dan mulia. Dengan perilaku yang benar otomatis manusia tersebut sudah tertuntun menuju ke jalan Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar