SEJATINYA
DALAM HAMPA ITU ADA, DALAM ADA ITU HAMPA
Pada pengalaman para ahli lelaku tirakat atau thorekot,
para sufi ataupun ahli meditasi banyak pengalaman yang perlu dibagi untuk
membuka wawasan bagi para pemula yang baru belajar untuk mencari jati diri,
dari pengalaman ini para spiritual ditempa dengan keadaan yang akan membentuk
jiwa sampai mengerti apa yang menjadi tujuan pokok dalam hidupnya, keselamatan,
ketentraman juga pendekatan terhadap Tuhan. Banyak halangan dan rintangan, juga
banyak jalan berliku yang bercabang, sekali salah memilih jalan akan berbeda
pula arah tujuan dalam hidupnya.
Kalau orang jawa ada
geguritan atau tembang mocopat yang mengukuhkan tekat seseorang dalam
perjalanan spiritualnya, dalam tembang pocung sebagai berikut :
Ilmu iku kalakoni kanthi laku
Lekase lawan kas
lekase
kas nyantosani
Setyo budyo pangekese durangkoro
Yang artinya kurang lebih
sebagai berikut, ilmu itu bisanya tahu maknanya harus dijalani, awalnya niatnya
harus dilandasi tekat yang kuat, yang intinya untuk memberantas keangkara
murkaan. Orang akan mengetahui sesuatu ilmu harus dijalani dan dipraktekkan
maka baru tahu intinya perjalanan, orang tahu kalau cabe itu pedas setelah
orang memakannya, dalam perjalanan mencari ilmu itu tidak ada batas waktunya. Seperti
halnya orang ingin tahu kota Solo, maka seseorang itu harus mendatangi kota
Solo, dalam perjalanan ini yang dinamakan lelaku atau perjalanan mencapai
sesuatu, perjalanan ini bisa cepat atau lambat tergantung pribadi-pribadi yang
mencarinya, ada yang lelah sampai tidak dilanjutkan, ada juga bisa cepat karena
lari, atau lebih cepat dengan menggunakkan kendaraan, jadi perjalanan itu cepat
atau tidak tergantung ketekatan niat dan rasa.
Ada beberapa pengalaman yang
mungkin akan membuka wawasan :
1. Dalam
perjalanan diibaratkan baru mencapai pintu gerbang ghaib, biasanya dalam
keadaan setengah hening akan timbul rasa takut dan ragu-ragu ini yang dimaksud
belum kuat tekat atau niatnya, rasa takut bisa terjadi dari godaan dari maklut
halus supaya gagal mencapai hening.
2. Dalam
alam hening menimbulkan rasa sang “aku” tertidur, ini menyebabkan bangunnya
atau bangkitnya Roh Suci yang ahirnya seseorang mendapatkan jalan terang atau
pencerahan dari Sang Guru Sejati biasanya terus bisa menerima petunjuk dari
Tuhannya lewat rasa sejatinya, berupa ketentraman yang sejati.
3. Pengalaman
ini sangat gawat biasanya dialami orang yang sudah mencapai tahap sufi dan ahli
tapa, dan yang sudah terbiasa beriteraksi dengan alam ghaib. Para pelaku
meditasi, semedi, tafakur kalau salah jalan akan masuk kealam kesesatan,
contohnya alam kedewaan, merasa sudah masuk surga atau pernah melihat neraka,
bisa menceritakan keadaan alam yang akan nanti yang beraneka ragam, yang
mungkin orang sudah menganggap itu adalah petunjuk yang benar padahal itu
adalah salah. Kalau dalam serat Mahabarata dapat digambarkan seperti Kumbokarna
yang telah meninggal sudah merasa hidup enak di surge, tapi dalam perjalanannya
ketemu Wibioso adiknya, dalam perdebatan Kumbokarna disuruh untuk melihat
dengan mata batin sejati, ahirnya dia bisa melihat dia selama ini telah salah
masuk kealam palsu yang berujut surga, dan minta tolong untuk meneyempurnakan
keadaanya. Wibioso bilang yang bisa menyempurnakan keadaanya adalah kasatria
penegak Pandawa yaitu Bima, dalam perjalanan ahirnya ketemu Bima dan
disempurnakan dengan cara perang yang sengit. Perang ini yang dimaksud adalah
memerangi belenggu yang menggoda dalam diri seseorang, yaitu kesombongan,
penyakit hati dan sebagainya, semuanya berhubungan dengan masalah rasa dan
hati. Ini harus sangat digaris bawahi betul-betul.
Bagi yang belum terbuka
pencerahan mengira sebagai berikut sebagai anugerah yang besar tapi sebenarnya
adalah kesesatan yang nyata :
1. Melihat
cahaya yang bersinar terang benderang tiada bandingnya di bumi sudah dianggap
cahayanya Tuhan atau wahyunya Tuhan
2. Rupa
yang mirip dirinya sudah dianggap guru sejatinya
3. Melihat
orang tuanya yang sudah meninggal sudah dianggap akan member berkah dan member pertolongan,
terkadang bisa berubah menjadi seorang wali, nabi ataupun malaikat
4. Mendengar
sesuatu sudah dianggap petunjuknya Tuhan
Dari pengalaman-pengalaman
tersebut adalah godaan yang sangat gawat, bila ditelaah secara mendalam semua
itu godaan yang akan menyeret kealam kesesatan karena tipu daya para dewan
setan atau yang lain untuk mencari pengikut. Perlu didalami pokok-pokok ajaran
Ketuhanan yang baku, adalah sebagai berikut :
1. Tuhan
itu tidak bentuk wujud dan warna, ataupun cahaya
2. Tuhan
hanya satu dan meliputi seisi alam
3. Tuhan
itu hanya satu dan bersemayam dan manunggal di pusatnya hati sanubari
4. Sabdanya
Tuhan ya sabdanya Sang Guru Sejati tidak melalui lesan yang bisa didengar
dengan indera pendengaran
5. Tidak
laki-laki atau perempuan
6. Tidak
dianakkan atau memperanakkan
7. Tidak
awal dan akhir
Jadi, sabdanya Tuhan lewat
utusannya yaitu Sang Guru Sejati yang bisa didengar didalam rasa sejati ya
sejatinya rasa yang berada di pusatnya hati sanubari, petunjuk-petunjuk ini
akan selalu menuntun kejalan keselamatan dan ketentraman. Tuhan itu ada, kalau
dilihat dengan panca indra tidak ada, dengan panca indra tidak bisa melihat
adanya Tuhan, tapi Tuhan itu ada. “sejatine ora ono apa-apa, kang ana iku dudu”.
Dalam perjalanan mencari jati diri sebaiknya tidak dilakukan dengan tergesa-gesa,
tapi harus dilandasi niat yang suci yang diterapkan dengan perilaku budi
pekerti yang luhut dan mulia. Dengan perilaku yang benar otomatis manusia
tersebut sudah tertuntun menuju ke jalan Nya.