Selasa, 30 April 2013

PAMORING KAWULO GUSTI



PAMORING KAWULO GUSTI



             Jalan menuju jalan terang banyak sekali, karena kebenaran itu harus terbukti didalam kenyataan hidup, yang nantinya sebagai kunci pintu besar menuju kediaman Tuhan,  kami sebut baittullah yaitu hati. Umat bisa manunggal dengan Gusti kalau punya rasa cinta atau berbakti ke Tuhannya apabila rasanya sudah bisa manunggal selaras dengan sifat-sifat Gusti, yaitu mempunyai watak mulia, berbudi luhur, cinta kasih kepada semua umat. Gusti berasal dari kata “gus : bagus, ti : hati”, jadi Gusti adalah bagus-bagusnya hati, ini mempunyai makna yang dalam sebagai berikut, kalau manusia dalam tingkah laku berdasarkan bagus-bagusnya hati dan diterjemahkan dalam perilaku yang bagus, maka disebut perilaku yang mulia, atau bisa dikatakan perjalanan hidupnya selaras dengan perjalanan rasa, jadi antara lahir dan batin sudah manunggal dan selaras. 

Pencapaian perjalanan sampai tahap itu harus melakukan perjalanan mencari  jalan ketentraman dengan cara banyak berbakti, berbakti dari kata bakti atau bekti, dapat diterjemahkan menjadi mengabdi, atau labet, maksudnya berbuat sesuatu tanpa mengharapkan apa-apa atau iklas, intinya berbakti dengan penuh keiklasan. 
Didalam pewayangan bisa digambarkan Bratasena yang mencari air purwito suci, atau air kehidupan yang suci, pencapaiannya harus mempunyai tekat yang kuat dan menggunakkan aji kesaktiannya, yaitu aji pengantol-antol dan aji wungkal bener. Aji pengantol-antol yang dimaksud adalah segala perilaku dan tingkah laku sebelum dilakukan harus melalui pertimbangan yang mendalam, supaya tidak salah bertindak, aji wungkal bener maksudnya segala perilaku dan tindakannya harus berdasarkan kebenaran, berani karena benar. Aji yang tersebut artinya yang sangat ditinggikan atau dimuliakan, kesimpulannya melakukan perbuatan harus dipertimbangkan dengan teliti berdasarkan kebenaran yang hakiki. Bratasena mempunyai senjata yang ampuh yang bernama “kuku pancanaka”, ini mempunyai maksud bisa manunggal dengan berpedoman hidup Panca Darma Bakti, kalau dalam kenegaraan dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, dalam pencariannya sampai masuk kedalam samudra yang sangat luas disertai gulungan ombak yang besar, maksud yang tersirat didalamnya adalah, samudera besar dengan ombak yang dimaksud adalah perjalanan tingkah laku  angan-angan manusia yang sangat besar, kalau kita terseret kedalamnya ahirnya akan masuk dunia kesesatan yang nyata, maka harus diterjang dan dibuang jauh-jauh. Dalam samudra digambarkan dibelit ular besar (ulo nogo), ini berarti, didalam kehidupan banyaknya hambatan dan godaan yang nyata yang membelenggu di jiwa raga stiap oarang, yang menggoda adalah perilaku angan-angan yang terus menerus seperti ombak. Dibelit ular naga artinya hidup manusia yang menuruti angan-angan akan di belenggu daya jelek didalam tubuh seseorang, supaya bisa terbebas dari belenggu  kejelekan harus di sobek atau diputus dengan kuku pancanaka atau lima sila aturan hidup, kalau sudah memutuskan belenggu orang akan masuk dalam pencerahan yang sejati, karena menemukan air kehidupan yang berada didalam hati yang paling dalam ya rasa sejati. Ini baru dikatakan manunggal yang sejati, biasanya untuk para pelaku spiritual yang sudah mendalam dalam mengolah roso pada tahap ini bisa dikatakan orang tua yang sejati, sedangkan yang dimaksud orang tua yang sejati adalah seseorang yang bisa melakukan nunggang rasa ngadep urip, maksudnya melalui rasa menghadap sumber kehidupan, setelah bisa menghadap dan manunggal orang baru bisa menerima petunjuk yang nyata dari sang sumber hidup, melalui media roh suci atau rasa yang sejati, orang menerima petunjuk melalui rasa sejati seperti Bratasena mendapat wejangan sejati melalui dewa ruci yang jadi guru sejatinya. Dewa Ruci berbadan kecil tapi rupa dan bentuknya seperti Bratasena semasa kecil, maksut sebenarnya adalah biasanya orang yang bisa menerima petunjuk dari Gusti langsung adalah orang yang rasanya sudah menjadi murni kembali seperti anak kecil, yang masih sangat peka dan mendahulukan rasa daripada fikirannya, masih polos, jujur dan apa adanya. Pencapainnya dengan cara mengosongkan angan-angan dan daya fikirnya diganti dengan daya rasa dan rasa berhubungan langsung dengan Gusti, ini sejatinya panunggal.
Ajaran baik dan benar yang menuju kenyataan sejati sangat sederhana, disampaikan bukan dengan kata-kata yang muluk-muluk dan berbeli-belit, maksutnya tidak menggunakkan perilaku yang berat dan syarat-syarat yang aneh-aneh, kalau belum menemukan jalan terang dalam hidup seperti orang didalam gelap gulita baru menemukan jalan terang, sinarnya terlalu terang sekali akan membuat silau sampai memejamkan mata. Seperti halnya manusia yang diberi pengetahuan jalan yang terang karena pengalaman hidupnya tidak sampai dalam taraf ini banyak yang tidak percaya dan mengingkarinya, jadi semua pencerahan akan bisa diterima dan difahami dikalau orang itu sudah siap menerimanya. Contoh yang lain adalah sebagai berikut, ada seorang yang sukanya minum kopi, menceritakan rasanya minum kopi kepada temannya yang belum pernah minum kopi, maka orang yang diberi cerita tidak bisa merasakan rasanya bagaimana, kecuali langsung praktek minum kopi maka akan menemukan rasanya kopi, dalam pencapaian rasa juga begitu, rasa tidak bisa dirasakan oleh orang lain sebelum orang itu melakukan perbuatan yang dianjurkan.

Sebab musabab tertutupnya hati untuk menerima pencerahan pada dasarnya karena perilaku yang kotor yang akhirnya menutup hati, contohnya :
  1. Lupa, atau tidak sadar, yang dimaksud adalah lupa segalanya dalam hidup, ahirnya tidak memperhitungkan baik dan benarnya semua dilakukan hanya untuk memenuhi nafsu duniawi.
  2. Mempunyai penyakit kumo, atau berlebih lebihan, yang berkuasa mengunggulkan kuasanya, yang pintar mengunggulkan kepandaiannya, yang kaya mengunggulkan kekayaannya.
  3. Berlebih-lebihan dalam rasa, terlalu sedih, terlalu sayang, terlalu senang dan lainnya, karena dikala orang terlalu senang atau sedih orang tidak bisa berfikir dengan jernih, yang otomatis hati akan tertutup, akhirnya orang bingung dan masuk dalam kesesatan
  4. Iri dan dengki.
  5. Marah
  6. Ragu-ragu, perilaku tidak baik karena sudah setengah tidak ada kepercayaan kepada Gusti
  7. Mengumpat dan mengeluh, ini bertanda dalam masa ujian kurang iklas dan sabar menjalani hidup, bisanya anak sekolah mau naik kelas akan diuji dulu, setelah nilainya bagus sang guru menaikkan ketahap kelas selanjutnya, dan perlu diperhatikan hidup bukannya kesenangan tapi semua adalah ujian yang nyata.

Mumpung Gusti masih memberi waktu, mari kita lekas berbuat dan jangan ditunda-tunda mencari ilmu yang nyata, yaitu petunjuk yang bisa membawa jalan yang benar seperti yang sudah diterangkan oleh para rosul. Perlu dijadikan perhatian, semua permintaan cepat atau tidaknya dikabulkan oleh Gusti tergantung kita yang melaksanakannya, kalau tekun dan iklas tentunya Gusti akan segera membukakan pintu jalan menuju kebenaran.

Senin, 29 April 2013

BERASAL DARI ALLAH KEMBALI KE ALLAH



BERASAL DARI ALLAH KEMBALI KE ALLAH


            Perlu dimegerti, kalau hidup kita (roh Suci) itu berasal dari Allah dan akan kembali ke Allah, atau dikatakan datangnya dari hidup akan kembali ke hidup, dan sebenarnya hidup itu SATU yang sudah manunggal dengan kita di pusatnya hidup yang meliputi semua sifat hidup dan alam seisinya.
Asalnya roh yaitu timbulnya Hidup, itu suci, makanya kembali ke Allah sumber hidup sebagai mata airnya kesucian ya harus suci kembali, sedangkan yang membuat kotor kesucian roh itu ya perilaku angan-angan atau fikiran yang jadi cangkokannya roh, ini yang membuat rasa asmara yang menggebu-gebu ke keadaan duniawi yang tidak abadi ini, akhirnya membuat lupa daratan dan tidak ingin kembali ke Allah asalnya Roh suci. Ibaratnya seperti terjadinya mendung dari uap air karena energy panas matahari, selama mendung belum luluh karena matahari dan kena energy  angin, selamanya mendung itu belum bisa kembali menjadi air seperti semula.
Proses kembali atau manunggaling roh suci ke Allah itu seperti air hujan yang menetes di samudra dan menjadi satu dengan samudra lagi, abadi keadaannya yang tidak bisa diterangkan dengan kata-kata tentang ketentraman dan kemuliaanya.
            Sedangkan roh atau jiwa yang kurang suci, yaitu yang belum bisa menghilangkan belenggu dari angan-angan atau fikiran yang menjadi cangkok atau pakaiannya jiwa, yang terlalu larut dalam asmara keduniawian, setelah keluar dari badan jasmani tidak bisa kembali ke asalnya roh, tapi berhenti di Alam Antara yang di sebut Alam kafiruna atau di alam kegelapan, yang bersemayam di jiwa-jiwa yang lupa akan asal muasalnya hidup, yaitu lupa terhadap Allah. Keadaannya seperti orang tidur yang bermimpi macam-macam beraneka ragam dan berganti-ganti  kesengsaraan yang dirasakan didalam mimpi, ini disebut alam antara menurut apa yang dimimpikan dan yang diinginkan selalu terlihat dipelupuk mata. Hilangnya kesengsaraan didalam mimpi jika yang tertidur atau orang yang lupa terus bangun, maksudnya jiwa yang mulai sadar dan ingat ke Allah, diawal dari itu Allah menurunkan lagi di kehidupan dunia lantaran kuasa dan sayangnya Allah, supaya bersih-bersih atau sesuci sebelumnya tidur atau mati.
Kelonggaran untuk mensuci itu dari ampunannya Allah sampai 7 tahapan, yaitu roh atau jiwa yang belum suci diturunkan lagi dikehidupan dunia, kebanyakan sampai taraf 7 kehidupan. Untuk itu jangan sampai mengalami kesengsaraan hidup perlu dijaga perilaku berdasarkan budi pekerti yang luhur berdasarkan perilaku yang mulia. Dan jangan sampai mengalami kesengsaraan yang berulang-ulang.
Berpedoman petunjuk wejangan sang guru sejati kalau gusti yang maha tunggal itu sejatinya sudah menunggal dengan kita, yang bersemayam di hati yang suci di pusatnya hidup, jadi kembali atau menunggal ke Allah itu tidak hanya nanti kalau kita mati, selagi sekarang bisa manunggal  denganNya, jika bisa menjalankan tingkah laku dan syarat-syaratnya, yaitu membebaskan dari segala belenggu yang menjadi penghalangnya panunggal, contohnya perilaku yang berlebih lebihan, terlalu senang terlalu sedih, sombong, iri drengki dan lainnya yang bisa menutupi kata hati, karena yang menunggal sejati adalah rasa sejatinya.

PENGADILAN GHAIB



PENGADILAN GHAIB


            Didalam hidup manusia akan menemui segala macam kejadian-kejadian yang beraneka ragam, yang menimbulkan rasa sedih senang, sengsara bahagia, kaya miskin atau yang lainnya. Segala perilaku manusia akan diperhitungkan semuanya, baik dan jeleknya semua akan diadili, ini berguna untuk menjaga keseimbangan alam, atau yang dimaksud adil. Dua unsur mempunyai sifat berbeda tapi saling berkaitan satu dengan yang lainnya, untuk itu diusahakan supaya beeperilaku dijalan yang benar.

Tuhan memberikan segala fasilitas kepada manusia supaya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, boleh berbuat baik atau berbuat jelek tapi semua akan menerima balasan dari hasil perbuatannya, untuk itu aturan-aturan hidup ada sebagai pengatur dan sebagai pengadilan, aturan-aturan itu tidak tertulis dibuku atau dikitab-kitab, tapi tertulis dialam, kami sebut hukum alam, hukum alam yang hakimnya tidak bisa disogok dengan uang, hukum akan diperingan apabila pelakunya bertobat dan tidak melakukan kesalahan lagi. Pengadilan ini mengadili perbuatan manusia, dalam istilah siapa yang menabur angin akan menuai badai.
Pitutur jawa ada sebutan “ndisikno roso ojo ndisikake karep” yang berarti dahulukan rasa jangan mendahulukan angan-angan. Rasa berhubungan dengan sang guru sejati yang akan menunjukkan jalan yang benar, tapi dalam pencapaian rasa sejati harus melampaui  tempaan kehidupan yang bermacam-macam dengan sadar dan sabar, karena Tuhan menyayangi orang yang sabar, seperti halnya mengambil hikmah dibalik kejadian hidup , ketika orang minum jamu, baru tahu manfaatnya setelah meminumnya, atau dibalik orang makan sambal baru tahu hikmahnya setelah makan sambal, jadi semua hukum sebab akibat akan selalu ada dan selalu beriringan satu dengan yang lain. Dalam tahap ini wajib menggunakkan rasa pangrasa yang halus, jangan menggunakkan alam fikiran seperti di bangku sekolah, karena ini sudah masuk sekolah alam, kita dihadapkan dengan kenyataan hidup dan langsung praktek, tidak menggunakkan teori yang berbelit-belit, ketabahan dan kesabaran adalah kunci utamanya. Selama menjalani sekolah rasa ini semakin banyak keberhasilan, maka akan semakin menemukan hakekat rasa sejati, kalau selama sekolah rasa sering bolos dan mengingkari hati nurani maka tidak mungkin ada kemajuan didalam kejiwaannya.

LETAK PENGADILAN GHAIB.
Aturan-aturan abadi adalah sifat keadilan Tuhan yang tidak ditulis seperti di kitab undang-undang Negara yang bisa rusak dan berubah. Perlu dipahami dan dimengerti, yang menjadi Hakim, Jaksa dan Panitera Pengadilan Ghaib itu tidak Tuhan, tapi yang berlaku adalah sifat kebijaksanaan, kekuasaan dan sifat adilnya Tuhan. Pengadilan ghaib itu bertempat di hati sanubari yang paling dalam setiap orang, walaupun sebenarnya pengadilan ghaib itu hanya satu seperti halnya Tuhan itu hanya satu yang menguasai seluruh alam, Tuhan yang maha mengetahui dan maha melihat, mengetahui semua perbuatan manusia setiap saat dan setiap waktu, yang dilakukan secara lahiriah dan batiniah, maka jalannya pengadilan ghaib beda dengan pengadilannya manusia yang harus mengupulkan bukti, diperiksa dan dicari bukti kesalahannya, cara kerja pengadilan ghaib tidak seperti itu, karena tidak ada tawar menawar dan hukumnya bersifat mutlak. Sebagai contoh perjalanan bumi mengitari matahari lewat garis ekuator atau garis edarnya tanpa keluar dari porosnya, sedangkan matahari dengan adil tetap menyinari dan meratakan daya panasnya ke jagad seisinya dengan kekuasaan Tuhan, seperti hal itu hukum alam atau pengadilan ghaib berjalan seperti perjalanan bumi yang tidak bisa dihentikan sama sekali oleh manusia karena sifat ketetapan hukuman  dengan menggunakkan kebijaksanaan, keadilan dan sifat kekuasaan Tuhan tanpa batas.
            Keputusan hukum aturan-aturan alam, atau pengadilan ghaib ada yang diterima dikehidupan sekarang dan ada yang masih digantung untuk diterima dalam kehidupan nantinya. Untuk itu manusia yang menerima hukuman yang masih digantung, harus sadar dan ingat perilakunya yang sudah terjadi, yaitu kehidupan yang lalu, maka banyak orang yang tidak mengerti sebab-sebab yang membuat menerima kesengsaraan dalam hidupnya. Untuk orang yang tidak mengerti dan tidak percaya hukum-hukum alam terus ragu-ragu dan tidak percaya akan keadilan Tuhan. Ini saya jelaskan secara garis besar pengadilan ghaib, atau pengadilan Tuhan.

Kalau sudah menyadari akan perilaku, ada tahap-tahap cara yang harus dilakukan untuk bertobat dengan didasari pengorbanan suci dan tidak akan mengulangi perbuatan jelak lagi, tahapnya adalah sebagai berikut:
  1. Bermacam-macam kesengsaraan yang sudah kemu terima, terimalah dengan rasa sadar dan iklas, dan wajib melakukan daya upaya menurut kemampuannya, ibarat orang sakit ya harus berusaha mencari obatnya.
  2. Semua dosa tebuslah dengan pengorbanan suci, yaitu dengan cara melakukan budi darma dengan sarana memberikan kebaikan dan menolong sesame makluk yang perlu ditolong menurut kemampuannya yang didasari rasa kasih dan sayang bukan karena mempunyai rasa pamrih. Pemberian kebajikan tidak semata-mata berujud harta benda saja, adakalanya dengan tenaga ataupun ide-ide atau fikiran, kalau perlu rela berkorban jiwa raganya dengan rasa iklas untuk mengentaskan kesengsaraan yang ditolongnya.
  3. Pasrah dengan kekuatan iman, yaitu sejatinya percaya kepada Sang Penebus Dosa dengan kesucian hati
  4. Didalam hati harus selalu minta ampun dan minta kuat menjalani pengadilan ghaib atau pengadilan Tuhan, perilakunya lebih baik lagi kalau disertai puasa atau prihatin dengan iklas.

Kalau bisa melakukan itu semua bisa diperumpamakan akan mengangkat barang yang beratnya 100 Kg, bisa dijinjing dengan ringan walaupun beratnya tidak berkurang, atau minum minuman dengan rasa pahit sekali, rasa pahit tidak terasa dilidah walaupun zat-zat yang mempunyai rasa pahit tidak hilang dan tetap pahitnya. Semacam ini terjadi karena pertolongan Tuhan dan mulai diberinya pengampunan dari Tuhan.

Minggu, 28 April 2013

ILMU SANGKAN PARAN



ILMU SANGKAN PARAN



Aturan-aturan sangkan paran atau asal muasal terjadinya wiji secara singkat dapat dibagi menjadi 5 bab, yaitu :
  1. Kembalinya jiwa ke asal permulaannya (Tuhan).
  2. Terjadinya penciptaan hamba atau makluk yang mempuyai  jiwa hidup dalam raga, kebanyakan hanya dibatasi dalam 7 renkarnasi, bila belum sempurna menjalankan aturan-aturan kewajibannya terhadap Tuhan.
  3. Sebab musabab tidak bisa kembali keasal permulaannya (ke alamnya yang sejati), karena menerjang aturan atau larangan Tuhan
  4. Keterangan bab ganjaran atau pahala dan hukuman dari hasil perbuatan selama hidup, semua orang harus menjalaninya, yang dimaksud adalah ngunduh wohing pakarti, atau menerima karma perbuatan
  5. Datangnya hukuman atau balasan dan pengampunan
  6. Datangnya balasan untuk perbuatan jelek yang belum disempurnakan dengan cara bertobat atau penebusan dari perbuatan dosa pembunuhan
Eling atau sadar akan kematian
Pengendalian hawa nafsu dan sikap mawas diri yang terus menerus akan menimbulkan kesadaran hidup, godaan yang paling besar adalah menuruti hawa nafsu dan keangkara murkaan ke barang yang tidak kekal karena biasanya bersifat menyenangkan dan membahagiakan sesaat tanpa disadari dibalik itu semua ada karmanya, ketekunan menjalani hidup dengan iklas  lambat laun akan menimbulkan pencerahan untuk berbuat kebajikan dan bertobat atas dosa-dosanya, sehingga timbul niat yang kuat ingin kembali ke asal sejatinya asal yaitu Tuhan dengan sarana berbuat baik di jalan Tuhan lewat utusannya yang maha abadi. Pada umumnya manusia itu ingin panjang umur, tapi harus diingat bahwa makluk itu tidak ada yang abadi, kalau sudah sampai pada janjinya Tuhan akan mengambilnya kembali. Untuk itu hidup di alam dunia ini jangan sampai terlalu berlebih-lebihan menuruti hawa nafsunya. Sadarlah kepada yang membuat jagad seisinya.
Bagi orang yang bisa menjalankan kewajiban selama hidupnya, roh suci akan diturunkan ke alam dunia, setelah keluar rohnya akan dituntun kembali ke alam keabadian atau alam sejati, sedangkan orang yang tidak mempersiapkan air bening sebelum meninggal, jalannya akan masuk ke alam hamba yang berbadan api. Tapi sebelum menerima hukuman atau balasan yang terahir, bisa juga masuk ke alam kafiruna atau alam pengingkaran, yaitu alam yang penuh dengan penderitaan para hamba yang lupa. Kalau di alam ini menemukan kesadaran  dan bertobat akan mendapatkan pertolongan dari sang guru sejati untuk dibimbing kembali ke keratonnya gusti (alam sejati). Untuk itu jangan sampai menunda-nunda waktu, mumpung masih diberi kesehatan dan kekuatan, semua perbuatan akan menerima balasannya,  kebaikan atau kejelekan semua diperhitungkan. Bisanya kembali ke asal dari permulaannya alam harus ditebus dengan tingkah laku dan perilaku yang baik, semua akan diadili dari yang maha adil. Dosa yang paling besar adalah tidak mengakui adanya tuhan, atau disebut orang kafirun, tapi pada penerapan yang sebenarnya adalah, siapa saja yang membohongi hati nurani termasuk orang yang ingkar.

Sebab-sebab yang menyebabkan gangguan kematian
            Semua ini berhungan dengan perilaku seseorang selama dia hidup, perilau yang tidak baik akan menutup jalan kembalinya ke asal dari asal muasal yang abadi, yaitu yang maha abadi. Ketika Tuhan menurunkan roh suci, semuanya sudah sama tahu dan mengerti apa yang jadi kewajibannya sendiri-sendiri, supaya baik untuk mencukupi kebutuhan hidup, dan saling hormat menghormati sesama hidup. 

Karma
            Sebenarnya Tuhan tidak mempunyai sifat menghukum atau memberi pahala, Tuhan maha kasih dan sayang. Sifatnya yang adil untuk memerintah dan menguasai alam seisinya, yang disebut asih adalah sifat pengampunan Tuhan dari segala macam dosa kalau umatnya benar-benar bertobat dan melakukan kewajibannya. Terhindarnya hukuman tidak sekedar diruwat, tapi ruwatan yang sebenarnya adalah sadar dan mengakui kesalahannya, kemudian minta maaf dibarengi dengan merubah tingkah laku dan perbuatannya yang tidak baik ditinggalkan. Pada kalayak umum biasanya ruwatan dilakukan dengan upacara adat atau mengundang ruwatan dengan wayang, pada kalangan islam dinamakan dengan ru’yah. Tuhan yang maha welas dan asih sebenarnya tidak akan mempersulit atau dengan cara-cara yang sulit apalagi dengan mengeluarkan biaya yang banyak. Biasanya ini digunakkan oleh para normal atau kyai untuk mengambil keuntungan dari kesusahan orang lain. Tuhan memberikan fasilitas hidup kepada umatnya saja gratis semua, tinggal bagaimana orang akan memanfaatkannya, Tuhan memberi kemudahan tapi sering manusia sendiri yang mempersulit dengan menciptakan aturan-aturan sendiri.

Datangnya balasan atau ngunduh wohing penggawe.
Datangnya hukuman dari dosa yang sudah dilakukan melalui sesama umat atau suasana yang digelar dialam ini, sesuai dengan hasil perbuatannya
1.    Siapa yang berbuat baik akan menuai kebahagiaan
2.    Siapa yang berbuat jelek akan menuai kesengsaraan
Walaupun yang sudah terjadi mempunyai dosa yang besar asal orang tersebut mau bertobat maka Tuhan akan memberi ampun dan mau melakukan budi darma dengan rasa iklas berdasarkan sifat utama atau mulia. Jadi perilaku yang baik otomatis akan menawarkan hukuman dan membuka jalan ketentraman atau kebahagiaan, akhirnya bisa selamat dan terbebas dari rasa ragu-ragu. Dalam hati juga ditanamkan : jangan merasa senang kalau menerima pahala karena kesenangan menimbulkan lupa, jangan bersedih dikala menerima balasan kesengsaraan, karena kesedihan akan menutup hati menjadi gelap yang akhirnya dituntun ke jalan kesesatan.
Siapa yang menanam dia yang akan menuai, dalam istilah ilmu sangkan paran ini sangat tepat sekali, karena didalam ajaran Islam diterangkan bahwa “ siapa yang berbuat kebaikan sebiji sawipun Tuhan akan membalasnya berlipat, dan siapa yang berbuat kejahatan sebiji sawipun Tuhan akan membalasnya berlipat juga”, jadi Tuhan tidak menghukum umatnya, tapi karena mempunyai sifat adil Tuhan berhak mengadili siapa saja menurut perbuatan umatnya. Kata sangkan paran yang berarti asal dan arahnya kemana. Kita semua asalnya dari Tuhan dan kita akan kembali ke Tuhan, itu yang dinamakan jalan yang benar. Innalillahi wainnalillahi roji’un artinya Asalnya dari Allah akan kembali ke Allah, umat yang bisa menetapi ini dinamakan ilmu kasampurnan kalau bisa melewati jalan yang benar (sirothollmustaqiim). Jadi dapat ditarik benang merah, siapapun yang berasal dari Allah bersih, maka kembali ke Allah harus bersih juga, yang menjadi hambatan tidak bisa kembali ke Allah lagi karena kesalahan perilaku semasa didunia tidak bisa melakukan kewajibannya seperti yang dijanjikan semasa masih dalam kandungan ketika akan lahir dialam dunia.
Alam dunia juga bisa dikatakan alam gelap, karena manusia lahir didunia selalu menghadapi masalah, alam terang adalah alam ketika wiji atau benih masih dialam keabadian, dialam gelap ini manusia mencari jalan terang untuk kembali alam keabadian yang sejati, tapi didalam hidup banyak menghadapi masalah dan godaan yang banyak, bahkan jalannya disimpangkan atau dibelokkan ke alam kadewatan, jim atau setan, akhirnya tidak bisa kembali ke alam asal yang sejati sebelum turun ke bumi, kalau semasa hidupnya menggunakkan kekuatan jim atau setan, maka tidak bisa kembali ke asal karena siapa yang berbuat harus mau menuai hasil perbuatannya. Contohnya seorang pedagang yang ingin laris dagangannya melakukan ritual tertentu minta kekuatan jim atau setan, maka ia akan masuk kedalam kesesatan yang nyata, atau dia melakukan puasa menggunakkan aji, ismu, atau ilmu yang pada dasarnya akan memanggil kekuatan makluk halus, ini juga sudah masuk kedalam kesesatan yang nyata. Jadi ilmu sangkan paran sebenarnya sebuah istilah perjalanan hidup untuk bisa kembali ke alam asal dengan selamat,  keselamatan akan diperoleh kalau soseorang bisa melakukan kewajibannya dengan benar dan harus berbuat baik dan mulia berdasarkan budi luhur.